PILPRES 2009: NEOLIBERALISME VS KERAKYATAN

PILPRES 2009:NOELIBERAL VS KERAKYATAN - Menjelang PILPRES 2009 ini ada dua isu/wacana yang sangat menarik sekali untuk dibahas, yakni Ekonomi neolibralisme dan ekonomi kerakyatan. Kedua sistem ekonomi ini memang sangat berbeda dan bertentangan , dimana ekonomi neoliberal lebih memanjakan sebagian kecil rakyat yaitu kaum pemodal/investor dari pada sebagian besar rakyat yaitu kaum non pemodal sedangkan ekonomi kerakyatan lebih mementingakan kepentingan sebagian besar rakyat.

Kedua wacana ini memang sangat menarik untuk dibahas mengingat sebentar lagi akan dilaksanakannya PILPRES 2009, karena merupakan momen penting bagi perjalanan bangsa ini dimana PILPRES 2009 nantinya akan menghasilkan siapa yang bakal memimpin Republik ini 5 tahun kedepan.

Sebagai momen penting tentunya momen yang bisa dikatakan penentu langkah dan jalan Indonesia kedepan sudah seharusnya kita sebagai rakyat mengikutinya dengan serius dan teliti sehingga momen ini dapat kita manfaatkan demi masa depan bangsa dan tanah air kita ini menuju lebih baik. Artinya sebagai pemegang kedaulatan, rakyatlah penentu karena kita yang memilih siapa yang menjadi pemimpin kita. Pemilu merupakan momen kita, momen kita berperang da berjuang mencapai apa yang menjadi cita-cita kita bersama.

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa calon pemimpin kita ada 3 pasang yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum, yaitu SBY-Boediono , Jusuf kalla-Wiranto, Megawati-Prabowo. Ketiga Capres dan Wapres ini tentunya mempunyai kelebihan-kekurangan dan perbedaan - persamaan, yang jelas salah satu persamaan mereka yaitu sama-sama mau menjadi Presiden dan wakil Presiden dan menyatakan bahwa mereka mampu membawa indonesia.

Entah siapa yang mulai melempar isu bahwa salah satu pasangan Capres dan Wapres pada PILPRES 2009 merupakan penganut paham neoliberal, Kemudian ada juga pasangan yang menyatakan bahwa mereka akan memperjuangkan ekonomi kerakyatan yang merupakan lawan dari neoliberalisme. Kedua hal inilah yang membuat kedua isu ini berkembang menjadi wacana yang menarik.

Isu neoliberalisme sangat melekat dengan sosok Calon wakil presiden SBY yaitu Boediono, sedangkan Ekonomi kerakyatan sangat melekat dengan sosok Megawati dan Prabowo, sedangkan pasangan Jusuf kalla-Wiranto sangat identik dengan istilah lebih cepat lebih baik dan belum pasti apakan mereka menganut sistem neoliberal atau kerakyatan.

Isu ekonomi memang layak jual pada PILPRES kali ini, karena situasi ekonomi dunia dan indonesia yang saat ini dalam keadaan tidak baik ditambah dengan tuntutan masyarakat yang lebih cenderung mengiginkan peningkatan taraf hidup karena kebutuhan yang semakin beraneka ragam yang ditawarkan pasar.

Sistem Neoliberal dan Kerakyatan mempunyai kelebihan dan kekurangan, tapi saat ini melihat dan mengingat situasi indonesia, maka sistem ekonomi liberal belum cocok diterapkan di indonesia. hal ini dikarenakan beberapa alasan yaitu :
  1. Indonesia masih mempunyai utang.
  2. Indonesia belum menguasai teknologi.
  3. Masih tingginya angka kemiskinan.
  4. Indonesia belum memiliki Sumber Daya Manusia yang memadai.
  5. Masih banyaknya sektor-sektor ekonomi penting yang belum dikuasai indonesia misalnya pertambangan.
  6. Pengusaha Indonesia belum mampu bersaing dengan Pengusaha luar negeri.

Hal-hal diataslah yang membuat belum bisa diterapkannya Neoliberalisme di Indonesia. Singkatnya Indonesia belum mempunyai Modal yang cukup untuk sistem ekonomi Neoliberal. adapun modal indonesia hanyalah Sumber daya alam yang berlimpah ruah. dan apabila sistem neoliberal diterapkan maka Kekayaan SDA yang berlimpah tersebut hanya untuk segelintir orang yaitu pemodal.

bersambung... PILPRES 2009:NEOLIBERALISME vs KERAKYATAN 2
ikuti terus Blog ini : http://pemudaindonesiabaru.blogspot.com










0 komentar:

Berbagi OPINI

Subscribe Bookmark and Share

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

 Subscribe in a reader

Yahoo bot last visit powered by Scriptme Google bot last visit powered by Scriptme