Pemilu merupakan salah satu momen perjuangan rakyat untuk menempatkan cita-cita mereka pada pudak wakil-wakil rakyat yang mereka pilih. Wakil Rakyat inilah yang nantinya memperjuangkan cita-cita mereka untuk dinyatakan, diwujudkan dan dicapai.
Sebagai momen Perjuangan yang sah tentunya Pemilu diharapkan berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan aturan dan mekanisme yang berlaku di Republik Indonesia yang tercinta ini, sehingga momen ini memang murni perjuangan rakyat tanpa dibarengi dengan ambisi pihak-pihak tertentu yang hanya mengejar kedudukan. Artinya biarkanlah rakyat bebas menentukan pilihan mereka dengan sebuah kesadaran yang rasional, bukan dikarenakan oleh hal-hal yang sifatnya menodai perjuangan rakyat, misalnya money politic, janji palsu, black campaign .
Dalam perkembangan demokrasi indonesia istilah money politic, black campaign, dan janji palsu bukan merupakan istilah baru, hampir setiap lapisan masyarakat telah memahami apa itu money politic,black campaign ,janji palsu .
Pemilu Legislatig 9 april 2009 yang baru saja kita laksanakan juga, juga tidak terlepas dari hal-hal tersebut, bahkan hal tersebut sudah dianggap kebiasaan yang telah dibenarkan oleh pihak-pihak tertentu tanpa memmpunyai beban moral sedikitpun, dan pelaksanaannyapun telah terbuka tanpa ada rasa malu sedikitpun. Gerakan yang bisa dikatakan menodai demokrasi ini sangat berdampak buruk bagi perkembangan karakter rakyat, dimana pada masyarakat saat ini pemilu dianggap sebagai Pesta penghambur-hamburan uang oleh para caleg, sehingga rakyat ketika melihat caleg,maka yang pertama kali dilihat adalah uang. Hal ini sangat merusak hakikat pemilu itu sendiri dan sekaligus merusak karakter rakyat.
Ironisnya masyarakat saat ini mau saja menerima uang dari caleg manapun, bisa dikatakan masyarakat juga sudah mulai belajar politik kotor, dan sebagaian masyarakat juga sudah menjadikan pemilu ini sebagai mata pencaharian dengan setiap diadakan kampanye besar oleh partai, maka mereka ikut karena dibayar. Masyarakat dalam hal tidak bisa kita salahkan karena hal ini terjadi karena dipicu oleh para situasi dan kondisi yang diciptakan oleh pihak-pihak tertentu. Keadaan sepeti ini memaksa para para politisi busuk untuk kembali memutar otak, bagaimana cara supaya dia bisa terpilih.
Salah satu cara yang telah Pemuda Indonesia Baru lihat yaitu dengan memakai orang-orang yang berada di TPS yaitu anggota KPPS. Karena dengan sistem Pemilu saat ini hal itu sangat dimungkinkan, dimana proses pemilihan di TPS sampai dengan proses penghitungan suara memakan waktu yang lama, dan pengembalian kotak suara dari TPS ke PPS dan PPK juga membutuh waktu yang lama, Proses yang lama inilah dimanfaatkan oleh Panitia Pemungutan suara untuk memanipulasi suara untuk kepentingan pihak tertentu.
Cara seperti ini tentunya melibatkan banyak pihak selain panitia pemungutan suara, panwaslu yang seharusnya mengawasi dan pihak kepolisian yang menjadi peninjau, mengawasi dan melindungi suara rakyat ini juga diduga bersekongkol untuk memuluskan cara licik tersebut. Sehingga patutlah kita menduga bahwa ada semacam mafia politic yang mengambil peran dalam pemilu ini yang menodai perjuangan rakyat. Padahal setiap warga hanya mempunyai waktu 5-10 menit untuk berjuang dalam sekali 5 tahun, waktu yang sedikit dan untuk mengualanginya lagi harus membutuhkan waktu yang lama, itupun di nodai oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
0 komentar:
Posting Komentar