Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan siswa SMP dan SMA sangat rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya siswa dan guru dalam melakukan interaksi proses pembelajaran di kelas serta rendahnya nilai ujian nasional Bahasa Indonesia.
Begitu pun Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) bagi guru. Hasil ujian tersebut kurang menggembirakan.
Kenyataan yang ironis itu diungkapkan Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Suyatno ketika menyampaikan orasi ilmiah saat dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa, Kamis (20/8) di Kampus Uhamka, Jakarta. Selain Suyatno, dua dosen lain yang dikukuhkan sebagai guru besar adalah Abdul Madjid Latief di bidang Ilmu Administrasi Pendidikan dan Sylviana Murni untuk bidang Manajemen Pendidikan.
Dalam orasi berjudul "Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan Guru Profesional" , Suyatno menampilkan data terkini. Data laporan hasil ujian nasional SMP negeri dan swasta tahun 2008/2009 secara nasional menunjukkan, dari 3.441.815 peserta UN, peserta yang rentang nilainya 7,00 sampai 7,99 hanya 32,86 persen atau 1.131.121 orang. Adapun yang mendapat nilai 10 hanya 834 orang (0,02 persen).
Sementara itu, hasil UN tahun 2008/2009 untuk tingkat SMA/MA menunjukkan, dari 621.840 peserta jurusan IPA, tidak ada satu pun yang mendapat nilai 10. Peserta yang rentang nilainya 7,00 hingga 7,99 ada 252.460 orang (40,6 persen).
Demikian pula di jurusan IPS. Dari 854.206 peserta UN, tidak ada seorang pun yang mendapatkan nilai 10. Siswa yang mendapat nilai antara 7,00 hingga 7,99 justru lebih kecil lagi, yaitu hanya 240.815 peserta atau sekitar 28,2 persen.
Adapun untuk jurusan bahasa tingkat SMA/MA, dari 43.688 peserta UN, hanya enam orang atau sekitar 0,01 persen yang mendapat nilai 10. Peserta yang mendapat nilai antara 7,00 sampai 7,99 sebanyak 13.445 orang atau sekitar 30,7 persen.
"Gambaran di atas menunjukkan rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia siswa SMA/MA," kata Suyatno.
Sebaliknya, untuk nilai bahasa Indonesia pada kisaran 0,01 hingga 5,99, jumlahnya cukup signifikan, yakni 17,26 persen untuk siswa jurusan IPA, 32,53 persen untuk IPS, dan 23,2 persen untuk siswa jurusan bahasa.
Layanan baik
Abdul Madjid Latief dalam orasi ilmiahnya mengatakan, keberhasilan pembelajar organisasi dan organisasi pembelajar di perguruan tinggi menciptakan mutu layanan akademik yang baik.
Sylviana Murni yang memaparkan manajemen pendidikan berbasis e-learning mengatakan, peningkatan kualitas hidup semakin menuntut manusia untuk melakukan berbagai aktivitas yang dibutuhkan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya (kompas.com)
Begitu pun Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) bagi guru. Hasil ujian tersebut kurang menggembirakan.
Kenyataan yang ironis itu diungkapkan Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Suyatno ketika menyampaikan orasi ilmiah saat dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa, Kamis (20/8) di Kampus Uhamka, Jakarta. Selain Suyatno, dua dosen lain yang dikukuhkan sebagai guru besar adalah Abdul Madjid Latief di bidang Ilmu Administrasi Pendidikan dan Sylviana Murni untuk bidang Manajemen Pendidikan.
Dalam orasi berjudul "Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan Guru Profesional" , Suyatno menampilkan data terkini. Data laporan hasil ujian nasional SMP negeri dan swasta tahun 2008/2009 secara nasional menunjukkan, dari 3.441.815 peserta UN, peserta yang rentang nilainya 7,00 sampai 7,99 hanya 32,86 persen atau 1.131.121 orang. Adapun yang mendapat nilai 10 hanya 834 orang (0,02 persen).
Sementara itu, hasil UN tahun 2008/2009 untuk tingkat SMA/MA menunjukkan, dari 621.840 peserta jurusan IPA, tidak ada satu pun yang mendapat nilai 10. Peserta yang rentang nilainya 7,00 hingga 7,99 ada 252.460 orang (40,6 persen).
Demikian pula di jurusan IPS. Dari 854.206 peserta UN, tidak ada seorang pun yang mendapatkan nilai 10. Siswa yang mendapat nilai antara 7,00 hingga 7,99 justru lebih kecil lagi, yaitu hanya 240.815 peserta atau sekitar 28,2 persen.
Adapun untuk jurusan bahasa tingkat SMA/MA, dari 43.688 peserta UN, hanya enam orang atau sekitar 0,01 persen yang mendapat nilai 10. Peserta yang mendapat nilai antara 7,00 sampai 7,99 sebanyak 13.445 orang atau sekitar 30,7 persen.
"Gambaran di atas menunjukkan rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia siswa SMA/MA," kata Suyatno.
Sebaliknya, untuk nilai bahasa Indonesia pada kisaran 0,01 hingga 5,99, jumlahnya cukup signifikan, yakni 17,26 persen untuk siswa jurusan IPA, 32,53 persen untuk IPS, dan 23,2 persen untuk siswa jurusan bahasa.
Layanan baik
Abdul Madjid Latief dalam orasi ilmiahnya mengatakan, keberhasilan pembelajar organisasi dan organisasi pembelajar di perguruan tinggi menciptakan mutu layanan akademik yang baik.
Sylviana Murni yang memaparkan manajemen pendidikan berbasis e-learning mengatakan, peningkatan kualitas hidup semakin menuntut manusia untuk melakukan berbagai aktivitas yang dibutuhkan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya (kompas.com)
0 komentar:
Posting Komentar